sosial budaya

Sosial Budaya Provinsi Bangka Belitung
04-01-2008
Meski banyak suku yang menetap di Kepulauan Bangka Belitung. Melayu, Bugis, Jawa, Batak, Buton, Sunda, Madura, Flores, Bali, dan Keturunan Tionghoa (Cina) bahasa paling dominan yang mereka gunakan adalah Melayu yang juga merupakan bahasa daerah setempat, Bahasa Mandarin dan Bahasa Jawa menempati urutan berikutnya.

Di bidang kebudayaan, adat – istiadat masyarakat setempat tentu saja menjadi dominan diselenggarakan, bahkan untuk ukuran tertentu bisa di eksploitasi menjadi daya tarik pariwisata tersendiri. Beberapa adat – istiadat yang kerap dilakukan masyarakat misalnya:

1. Sepintu Sedulang; ritual yang lebih dikenal dengan sebutan Nganggung, di mana masyarakat dulang berisi makanan untuk dimakan siapa saja yang hadir di masjid;
2. Rebo Kasan; upacara yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, agar mereka terhindar dari bencana sebelum ke laut mencari ikan;
3. Buang Joang; upacara tolak bala untuk keamanan desa, mirip upacara Rebo Kesan;
4. Ceriak Nerang; upacara yang dilakukan setelah panen padi sebagai puji syukur pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa;
5. Perang Ketupat; upacara yang diadakan setiap bulan Sya’ban menyambut Ramadhan;
6. Mandi Belimau; dilaksanakan seminggu sebelum awal Ramadhan di pinggir Sungai Limbung;
7. Lesong Panjang; upacara yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen;
8. Adat Sijuk; upacara khusus pada hari besar agama;
9. Tari Sambut; tarian khas di Bangka Belitung, dilakukan saat masyarakat menyambut tamu – tamu istimewa, dan
10. Nirak Nanggok; upacara adat untuk menunjukan rasa syukur atas kebaikan, dilakukan di Desa Membalong, Belitung.